Selasa, 26 April 2011


Kaitan Narkoba dan Kesehatan Reproduksi
Oleh redaksi pada Sel, 09/07/2010 - 11:16.
Sering sekali orang bertanya kepada saya, apa kaitannya antara penggunaan narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya (narkoba) dengan kesehatan reproduksi (kespro). Pertanyaan itu justru menimbulkan pertanyaan baru di benak saya, “mengapa hal itu ditanyakan, memangnya tidak ada kaitan antara narkoba dan kesehatan reproduksi?”  Mari kita kita flash back dulu sebelum masuk ke topik utama “ Kaitan narkoba dan kespro”
Yayasan Mitra Inti telah memasuki usianya yang kesebelas tahun saat ini, di mana fokus utama  pengabdiannya adalah di bidang seksualitas dan kesehatan reproduksi.  Mungkin bagi orang yang hanya mengerti arti harfiah dari kespro, ruang lingkupnya sempit sekali. Kespro hanya diartikan mengurusi orang hamil, melahirkan, menstruasi, menopause, keluarga berencana dsb. Padahal, setiap hal terkait organ reproduksi, terkait kemampuan menghasilkan generasi penerus, dan bertanggung jawab terhadap kesehatan keturunan kita selanjutnya juga terkait erat dengan kespro. Itupun masih terlalu sempit untuk arti sebuah kespro. 
Dengan demikian, apabila kita sendiri sebagai manusia yang dapat bereproduksi, tidak dapat menghasilkan keturunan yang benar-benar sehat sesuai definisi WHO, yaitu sehat  fisik, mental, sosial, maka dapat dikatakan kita tidaklah sehat secara reproduksi. Dengan demikian akan banyaklah orang di sekitar kita yang sebenarnya tidak memenuhi syarat dapat disebut sehat secara reproduksi. Apalagi orang-orang yang tidak mampu bereproduksi, dalam bahasa awam disebut mandul yang umumnya merupakan kontribusi dari kedua pihak baik laki-laki maupun perempuan.
Kesehatan reproduksi adalah sehat secara fisik mental sosial dan bukan semata-mata tidak adanya penyakit  atau ketidakmampuan dalam sistem, fungsi dan proses reproduksi. Satu saja dari syarat itu tidak terpenuhi maka tidak dapat disebut sehat reproduksinya. Misalnya apabila seluruh organ reproduksinya sebenarnya sehat dan dapat berfungsi normal, namun bila dia memiliki beban pikiran yang berat, mungkin akan mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan karena ada hormon yang turut mempengaruhi kesuburannya saat itu dan mengurangi kemampuannya untuk dapat disebut subur.
Mari kita kembali ke topik utama, apa kaitan antara narkoba dan kespro? Sudah jelas sekali dalam beberapa teori, literatur dan hasil studi sebelumnya yang membahas kaitan antara hal ini. Secara teori, narkoba sendiri mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat melakukan hubungan seksual, menurunkan kualitas sperma dan sel telur, meningkatkan atau menurunkan gairah/libido sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hubungan seksual juga (jadi menggebu-gebu melakukan hubungan seks dengan siapapun tanpa pandang bulu, atau sama sekali tidak bergiarah untuk melakukannya, tergantung jenis narkoba yang dipakainya).
Bagaimana dengan fakta yang ditemukan di lapangan? Para pecandu narkoba umumnya aktif secara seksual, baik laki-laki maupun perempuan, baik dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (dalam kondisi high/pedaw). Penggunaan narkoba membuat mereka tidak berpikir panjang akan akibat dari hubungan seksual yang mereka lakukan.  Namun demikian, walaupun aktif seksual bukan berarti mereka mempunyai informasi akurat mengenai aspek seksualitas dan kesehatan reproduksi, karena umumnya pengetahuan mereka mengenai hal itu sangat terbatas. Jangankan aspek pencegahan kehamilan atau tertular infeksi menular seksual (IMS) yang dapat dicegah dengan menggunakan kondom, aspek yang sangat sederhana tentang akibat dari hubungan seks yang tidak aman dapat menyebabkan kehamilan dan IMS-HIV/AIDS saja tidak mereka ketahui sebelumnya.
Akibatnya, dalam sebuah studi ditemukan bahwa dari perempuan pecandu yang sudah aktif seksual, 40% di antaranya sudah pernah mengalami aborsi dan 80% dari mereka sudah pernah mengalami  IMS, termasuk HIV/AIDS!
Mereka umumnya melakukan hubungan seksual dengan teman sesama pecandu, pacar, saudara, orang baru dikenal ataupun bandar untuk mendapatkan narkoba. Jadi banyak juga yang menjual jasa seks untuk ditukar dengan narkoba. Ada juga yang menjadi korban dari kelakuan teman atau pacarnya, yaitu dalam minuman mereka dimasukkan obat-obatan yang menyebabkan mereka kehilangan kesadaran, dan saat bangun, mereka sudah tidak perawan lagi, atau tiba-tiba satu bulan kemudian dia mendapati dirinya hamil dan tertular IMS!
Dalam kehidupan pecandu, sudah jamak apabila memiliki pasangan seksual lebih dari 1  orang dikarenakan adanya kebutuhan untuk mendapatkan narkoba tadi, terutama di saat tidak punya uang untuk membeli.  Pecandu yang pernah berhubungan seksual dengan lebih dari 10 orang juga tidak aneh lagi, demikian pula halnya dengan pecandu perempuan yang sudah pernah aborsi lebih dari 1 kali juga sudah jamak terjadi. Hal yang lebih membuat miris adalah aborsi yang dilakukannya umumnya secara tidak aman, dalam arti dilakukan oleh bukan orang yang berkompeten di bidangnya, tidak menggunakan alat-alat steril dan tidak diakui dalam dunia medis, sehingga menyebabkan tingginya risiko terjadinya kematian. Belum lagi apabila pecandu ini juga sudah terinfeksi HIV, bila alat aborsi yang digunakan setelah menolong dia tidak disteril, lalu dipakai untuk melakukan aborsi pada orang lain, maka alat tersebut dapat menjadi sarana penularan HIV di antara para pasien aborsi tidak aman!  Sudah dapat dibayangkan tingginya penularan HIV yang terjadi di fasilitas pelayanan aborsi tidak aman ini.
Pecandu yang tidak melakukan aborsi, bukan berarti pula dapat menjalankan kehamilannya den gan aman. Pecandu perempuan yang masih memakai narkoba selama hamil, dapat menyebabkan keguguran, lahir prematur, lahir mati atau bayi lahir dalam kondisi sakaw  (gejala putus obat).  Selain itu, pecandu perempuan yang hamil juga rentan terkena kekerasan seksual dari suami, pacar, bandar dsb yang dapat membahayakan kehamilannya. Bahkan ada seorang pecandu hamil yang didorong seniornya di panti rehabilitasi dari atas tangga sampai jatuh ke bawah dan mengalami keguguran, perdarahan hebat sampai menyebabkan kematian!
Jadi, apakah seorang pecandu yang menjalani proses reproduksi, dapat dikatakan sehat? Silakan dijawab sendiri berdasarkan artikel ini. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak kami di redaksi@kesrepro.info.  Terima kasih
Penulis: Laily Hanifah


menyediakan dan memperluas pendekatan topik kesehatan reproduksi remaja Remaja (PKPR kan salah satu strategi yang SMA atau SMP dan/ atau remaja
LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi dengan pendekatan kebijakan dan strategi teknis program Kesehatan Reproduksi Remaja 7
ABGM ADOLESCENCE 3 Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja oleh Puskesmas about Anopheline vector caused strategy of Penelitian menggunakan pendekatan survei kualitas dan jangkauan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR Cara Cepat Hitung Pendekatan Luas Bangun Datar; Lagu Strategi-strategi Perjuangan; Rangkuman Hashing; Tips
A better strategic information for masih rendahnya pengetahuan remaja tentang Dampak Penyalahgunaan NAPZA ,kesehatan reproduksi Sekat Aids Sulteng Memperluas Respond Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab . Perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting. 2. Perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui Strategi kunci untuk menjangkau dan Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para remajaPendahuluan . Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan: Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku 3.2.1 Strategi / Pendekatan Terhadap anak jalanan Dalam mengembangakan program kesehatan reproduksi remaja jalanan, ada beberapa strategi yang diperlukan yaitu promotive Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:15. Artikel
lain yang, kesehatan reproduksi remaja, pelayanan kesehatan, hiv aids, kesehatan reproduksi, masalah remaja, pada tahun, hari ini, keluarga berencana, dari hasil, ibu dunia di Kairo yang menekankan pada reproduksi health memperluas garapan bidan antara lain Safe Motherhood, Keluarga berencana, Penyakit Menular Seksual (PMS), kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan reproduksi orang tua. . Ø Pengembangan penelitian untuk dukungan program. Ø Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan program kesehatan masyarakat. 9. STRATEGI PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS. A. PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT. Kegiatan ini bertujuan agar semua anak dan remaja (termasuk remaja di pasar, pesantren, sekolah, maupun jalanan) memahami dan mampu membuat keputusan secara bertanggung jawab dan mempraktekkan kesehatan reproduksi & seksual serta . Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor. Pada akhirnya, akan dikembangkan strategi perluasan. Bagaimana untuk memperluas dengan mempertahankan efektivitas dan efisiensi dari pengalaman yang didemonstrasikan menjadi fokus utama selama fase ini. Banyak manajer di tingkat menengah dan bawah Dalam lingkungan inilah sekelompok remaja memberikan informasi dan konseling mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja. Sejak 1993, Young Inspirers (YI) telah membangkitkan partisipasi remaja melalui pendekatan
Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:15. • Artikel Pendahuluan Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor. Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia. Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:15. Artikel. Pendahuluan. Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor. keluarga berencana; kesehatan reproduksi remaja; ketahanan dan pemberdayaan keluarga; penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; keserasian kebijakan kependudukan; pengelolaan sdm aparatur; penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan
Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:15. • Artikel Pendahuluan Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun KESEHATAN REPRODUKSI. Strategi Memperluas Pendekatan Inovasi Pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia. Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan:

pentingnya kespro

Kesehatan Reproduksi Remaja
Studi Kesenjangan Pengetahuan dan Perilaku Remaja yang Berkaitan Dengan Kesehatan Reproduksi

TUJUAN
- Mengevaluasi dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, sikap dan perilaku
remaja dalam hal kesehatan reproduksi
- Mengevaluasi tingkat pengetahuan remaja menurut perbedaan tingkat pengetahuan,
karakteristik, dan mengidentifikasi penyempurnaan program/kegiatan kesehatan
reproduksi remaja.
METODOLOGI
Lokasi Penelitian dilakukan di 3 (tiga) propinsi yaitu : Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi,masing-masing propinsi diambil secara sengaja 1 (satu) kabupaten dan 1 (satu) kota, kecamatan dan desa/kelurahan yang diambil secara purposive sample dengan criteria wilayah yang propursi remaja berumur 15-21 tahun yang meliputi 6 kabupaten/kota, 6 kecamatan, dan 6 desa/kelurahan.
Sample utama penelitian adalah remaja yang berumur 14-21 tahun berstatus single (belum kawin). Sample pendukung adalah informan yang snowballing yaitu secara langsung ikut terlibat dalam program kegiatan kesehatan reproduksi remaja dengan skematis informan mengumpulkan data bahwa :
- propursi remaja umur 14-21 relatif lebih banyak
- informasi data bersumber dari BKKBN atau dari Kantor Statistik setempat
- data kuantitatif dilakukan dengan wawancara kepada responden utama remaja
- data kualitatif dilakukan kepada pendukung informan pengumpulan data secara indepth interview atau wawancara mendalam interview guide.
- wawancara dilakukan secara sederhana yang memenuhi syarat analisisa, akan dilakukan analisis hubungan/relationship secara diskriptif dengan proses synthesa dari hasil kegiatan narasi dari transkrip.
HASIL
Dengan teridentifikasi kesenjangan pengetahuan dan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksinya diharapkan dapat dirumuskan upaya strategis untuk menyusun program/kegiatan remaja yang mendukung misi program KB Nasional untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sejak pra-nikah.
Analisa data kuantitatif
Wawancara kepada responden utama remaja yang diwawancara sebanyak 180 responden. Untuk memudakan pembahasan dibagi menjadi tiga kelompok umur, pertama : 12-14 tahun, remaja berada pada tingkat SLTP, kedua : 15-17 tahun, remaja berada tingkat SLTA, ketiga : 18-22 tahun, remaja telah tamat SLTA dan mereka yang sudah kuliah.
Analisa data kualitatif
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan pendukung dan dilakukan pengumpulan data secara idepth interview atau wawancara mendalam interview guide.
Dalam hal ini diberikan aktivitas kepada remaja dengan pengetahuan melalui penyuluhan dan konsultasi serta perlu diransang dengan kegiatan-kegiatan positif serta gotong royong yang sifatnya masih kuat diantara para remaja.
REKOMENDASI
1.Karakterisrik remaja, disimpulkan kondisinya sebagai berikut :
- Kurang mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja adalah remaja pada kelompok umur 12-14 tahun, remaja laki-laki remaja luar sekolah dan remaja yang tinggal di desa/kabupaten
- Remaja yang sifatnya dinamis, kreatif dan senantiasa ingin tahu dimana memberikan aktivitas yang perlu diransang dengan kegiatan-keiatan positif
- Bersifat gotong-royong sangat kuat diantara para remaja dan pengaruh hukum-hukum agama dan adat, maka kondisi yang sudah baik tetap dijaga konsistensinya untuk menpis terpaan masa depan.
- Budaya kawin muda merupakan adat yang berlaku bagi masyarakat di Propinsi NTB, sedangkan di Propinsi Jambi, kondisi remaj sendiri terbatas pengetahuan kesehatan reproduksi. Dengan demikian perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui pembekalan.
2.Substansi atau materi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja (KRR) belum banyak diketahui
3.Ketertutupan pihak tokoh agama, masyarakat, orang tua, dan kurangnya kerjasama dengan pihak Tripika yang berperan dalam membina perilaku remaja berdampak merugikan bagi kesehatan remaja dimasa yang akan datang.
4.Kurangnyaperhatian pengelola program untuk menumbuh kembangkan kelembagaan Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK)-KRR, terutama keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan dukungan dana yang berkaitan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membidangi kegiatan remaja.
5.Dalam kegiatan KRR pihak Puskesmas sangat terbatas dalam hal materi dan kesempatan/frekuensi kegiatan penyuluhan. Namun ada kendala yang dihadapi BKKBN antara lain : Petugas lapangan KB belum mendalami permasalahan KRR dan belum mendapat pelatihan konseling KRR.
6.Kurangnya tenaga ahli (medis/paramedis,Psikolog), sarana penunjangKIE(alat, peraga, leafflet, brosur) meruapakan hambatan operasionaldan pelayanan/konseling KRR.
7.Kondisi, sikap, perilaku KRR bervariasi antara daerah yang tidak dapat diberikan perlakuan antau rekomendasi, karena itu diberikan upaya perbaikan program KRR dan perlu dilakukan identifikasi kebutuhan (need assessment) di masing-masing daerah.
kegiatan remaja adalah tidak rutin (bukan8.Dari Dinkes (Puskesmas)prioritas), yang merupakan sub-kegiatan usaha sekolah. Bagi pihak yang berkompete (termasuk BKKBN) menghendaki menangani permasalahan secara serius agar diupayakan perencanaan program KRR secara tuntas dalam artian diusulkan pendanaannya.

tugas campus

tugas campus