Kesehatan Reproduksi Remaja
Studi Kesenjangan Pengetahuan dan Perilaku Remaja yang Berkaitan Dengan Kesehatan Reproduksi
TUJUAN
- Mengevaluasi dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, sikap dan perilaku
remaja dalam hal kesehatan reproduksi
- Mengevaluasi tingkat pengetahuan remaja menurut perbedaan tingkat pengetahuan,
karakteristik, dan mengidentifikasi penyempurnaan program/kegiatan kesehatan
reproduksi remaja.
METODOLOGI
Lokasi Penelitian dilakukan di 3 (tiga) propinsi yaitu : Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi,masing-masing propinsi diambil secara sengaja 1 (satu) kabupaten dan 1 (satu) kota, kecamatan dan desa/kelurahan yang diambil secara purposive sample dengan criteria wilayah yang propursi remaja berumur 15-21 tahun yang meliputi 6 kabupaten/kota, 6 kecamatan, dan 6 desa/kelurahan.
Sample utama penelitian adalah remaja yang berumur 14-21 tahun berstatus single (belum kawin). Sample pendukung adalah informan yang snowballing yaitu secara langsung ikut terlibat dalam program kegiatan kesehatan reproduksi remaja dengan skematis informan mengumpulkan data bahwa :
- propursi remaja umur 14-21 relatif lebih banyak
- informasi data bersumber dari BKKBN atau dari Kantor Statistik setempat
- data kuantitatif dilakukan dengan wawancara kepada responden utama remaja
- data kualitatif dilakukan kepada pendukung informan pengumpulan data secara indepth interview atau wawancara mendalam interview guide.
- wawancara dilakukan secara sederhana yang memenuhi syarat analisisa, akan dilakukan analisis hubungan/relationship secara diskriptif dengan proses synthesa dari hasil kegiatan narasi dari transkrip.
HASIL
Dengan teridentifikasi kesenjangan pengetahuan dan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksinya diharapkan dapat dirumuskan upaya strategis untuk menyusun program/kegiatan remaja yang mendukung misi program KB Nasional untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sejak pra-nikah.
Analisa data kuantitatif
Wawancara kepada responden utama remaja yang diwawancara sebanyak 180 responden. Untuk memudakan pembahasan dibagi menjadi tiga kelompok umur, pertama : 12-14 tahun, remaja berada pada tingkat SLTP, kedua : 15-17 tahun, remaja berada tingkat SLTA, ketiga : 18-22 tahun, remaja telah tamat SLTA dan mereka yang sudah kuliah.
Analisa data kualitatif
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan pendukung dan dilakukan pengumpulan data secara idepth interview atau wawancara mendalam interview guide.
Dalam hal ini diberikan aktivitas kepada remaja dengan pengetahuan melalui penyuluhan dan konsultasi serta perlu diransang dengan kegiatan-kegiatan positif serta gotong royong yang sifatnya masih kuat diantara para remaja.
REKOMENDASI
1.Karakterisrik remaja, disimpulkan kondisinya sebagai berikut :
- Kurang mendapat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja adalah remaja pada kelompok umur 12-14 tahun, remaja laki-laki remaja luar sekolah dan remaja yang tinggal di desa/kabupaten
- Remaja yang sifatnya dinamis, kreatif dan senantiasa ingin tahu dimana memberikan aktivitas yang perlu diransang dengan kegiatan-keiatan positif
- Bersifat gotong-royong sangat kuat diantara para remaja dan pengaruh hukum-hukum agama dan adat, maka kondisi yang sudah baik tetap dijaga konsistensinya untuk menpis terpaan masa depan.
- Budaya kawin muda merupakan adat yang berlaku bagi masyarakat di Propinsi NTB, sedangkan di Propinsi Jambi, kondisi remaj sendiri terbatas pengetahuan kesehatan reproduksi. Dengan demikian perlu pendekatan kepada pihak yang berkompeten dalam pembinaan remaja melalui pembekalan.
2.Substansi atau materi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja (KRR) belum banyak diketahui
3.Ketertutupan pihak tokoh agama, masyarakat, orang tua, dan kurangnya kerjasama dengan pihak Tripika yang berperan dalam membina perilaku remaja berdampak merugikan bagi kesehatan remaja dimasa yang akan datang.
4.Kurangnyaperhatian pengelola program untuk menumbuh kembangkan kelembagaan Pusat Informasi dan Konsultasi (PIK)-KRR, terutama keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan dukungan dana yang berkaitan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membidangi kegiatan remaja.
5.Dalam kegiatan KRR pihak Puskesmas sangat terbatas dalam hal materi dan kesempatan/frekuensi kegiatan penyuluhan. Namun ada kendala yang dihadapi BKKBN antara lain : Petugas lapangan KB belum mendalami permasalahan KRR dan belum mendapat pelatihan konseling KRR.
6.Kurangnya tenaga ahli (medis/paramedis,Psikolog), sarana penunjangKIE(alat, peraga, leafflet, brosur) meruapakan hambatan operasionaldan pelayanan/konseling KRR.
7.Kondisi, sikap, perilaku KRR bervariasi antara daerah yang tidak dapat diberikan perlakuan antau rekomendasi, karena itu diberikan upaya perbaikan program KRR dan perlu dilakukan identifikasi kebutuhan (need assessment) di masing-masing daerah.
kegiatan remaja adalah tidak rutin (bukan8.Dari Dinkes (Puskesmas)prioritas), yang merupakan sub-kegiatan usaha sekolah. Bagi pihak yang berkompete (termasuk BKKBN) menghendaki menangani permasalahan secara serius agar diupayakan perencanaan program KRR secara tuntas dalam artian diusulkan pendanaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar